RESUME BUKU

Judul Buku               : Jalan Cinta Para Pejuang
Penulis                       : Salim A. Fillah
Penerbit                     : Pro-U Media
Tahun Terbit             : Juni 2010 (Cetakan ke-4)
Tebal Buku               : 344 halaman

Langkah Pertama : Dari Dulu Beginilah Cinta
            Romeo Majnun. Selama ribuan tahun kisah Layla Majnun menyebar dalam tuturan dari mulut ke telinga menjadi kisah indah syahdu dalam bahasa yang meliuk-liuk sendu. Melalui kisah cinta Qais si Gila dan Layla ini terkadang kita bisa berkata bahwa kegilaan dalam cinta seperti yang mereka alami terasa negitu indah. Namun, keindahan tidak bisa menjadi pilar yang berdiri sendiri untuk menyangkan kesempurnaan manusia. Selain nilai keindahan, diperlukan nilai kebenaran (logika) dan nilai kebaikan (etika).  Ada banyak hal ‘tidak benar’ dan ‘tidak etis’ dibalik indahnya kisah ‘kesetiaan’ Layla dan Majnun. Berlebihan dalam mencintai sehingga menunjukkan tanda kegilaan seindah apapun kisah itu tetaplah ‘tidak benar’ dan ‘tidak etis’.
            Segitiga Cinta. Apakah jalan cinta memang ekstrim? Sungguh, betapa lemah beberapa jiwa di hadapan cinta. Mengapa? Dalam cinta, “Kita lemah karena posisi jiwa kita salah”, tulis Anis Matta di serial cintanya.kita menderita, bukan karena cinta itu sendiri. Tapi karena kita meletakkan kebahagiaan kita pada cinta yang diterjemahkan sebagai kebersamaan. Pada 1988, Robert J. Sternberg mempublikasikan sebuah teori, A Triangular Theory of Love. Teori segitiga cinta yang mengandung tiga komponen : Keintiman (Intimacy), Gairah (Passion), Komitmen (Commitment). Dari komitmenlah dimulai. Membangun komitmen. Jalan cinta para pejuang adalah jalan kesetiaan dan pengorbanan. Komitmen adalah ikrar kerelaan berkorban. Komitmen adalah ikatan kesetiaan. Dan di jalan cinta para pejuang, komitmenlah yang akan menjadi tapak langkah pertama cinta.

Langkah Kedua : Dunia Kita Hari Ini
            Hujan dan Awan Saling Melupakan. Bagi mereka kebangkitan spiritual tidak ada hubungannya dengan agama. Agar sang hujan melupakan awan. Karena bagi mereka selama ini sang awan tidak pernah menurunkan hujan. Agama terasa kering. Hanya sekumpulan dogma yang mengawang atau ritual yang gersang. Namu di kemungkinan  yang lain kebangkitan spritual ini dapat menjadi pemantik bagi pemeluk agama untuk lebih meyakini, lebih memahami, dan menjadi pejuang bagi agama dan keyaninannya itu. Di jalan cinta para pejuang, kelak kita akan mengahdapi para ‘pejuang’ lain. Seperti kita meyakini Allah, mereka juga meyakini sesuatu. Mereka berjuang sebagaimana kita berjuang. Maka mungkin saja akan ada perbenturan. Dan pertempurannya adalah pertempuran iman.
            Musuh Berselimut Kaca. Dari keterasingan agama ini bermula, dan kepada keterangingan ia kembali. Dunia begitu heran degan keterasingan para penggenggam agama di jalan cinta pejuang. Hingga kini pun, dunia masih memandang aneh jalan cinta kita. Kalau di jalan cinta ini, kita membuat orang kafir jengkel, itu bukan salah kita.di jalan cinta ini kita hanya mencoba mencari ridha Allah. Kalau orang-orang kafir tidak terima, mungkin Allah memang menghendaki mereka tersiksa oleh kejengkelannya. Di jalan cinta para pejuang, dengan apa kita menghadapi musuh? Tentu dengan cinta. Karena cinta bukan hanya sekedar pelukan hangat. Kita belajar cinta dari sujud dan tengadah do’a, dari kebencian musuh, dari iri dengki lawan, dari ketidaktahuan orang yang ingkar. Dari apapun! Karena inilah jalan cinta sang pejuang.

Langkah Ketiga : Jalan Cinta Para Pejuang
Tapak Pertama : Visi
            Kita bicara tentang kebeningan dan kejelasan visi kita dijalan cinta pejuang. Jika seseorang memiliki visi yang jelas, maka segala sumber daya yang beekrja untuknya akan tararah dengan baik. Selain itu, jika visi dan tujuan kita sebagai muslim mujahid di jalan cinta pejuang ini jelas, seluruh alam semesta yang bertasbih memuji Allah itu pasti akan membantu kita. Tapi jika tujuan kita kabur, bahkan yang sangat ingin membantu pun akan bingung dan tidak tau apa yang harus dibantu.
            Rencana Allah, Kemudian Rencana Kita. Kalau akhirat sudah menjadi visi dengan kalam-kalam Ilahi yang dibaca, dan kematian juga bisa dicita-citakan, tentulah kehidupan juga bisa dicita-citakan. Kehidupn berhak diperlakukan dengan cara yang sama. Ia harus diisi cita-cita. Ia harus tersusun atas rencana-rencana. Takdir tidak boleh menjadi alasan untuk sebuah kemaksiatan, atau merasa ‘terhukum’ atas suatu masa lalu dan kejadian. Sekelam apapun langt semalam, hidup kita esok ; semuanya boleh direncnakan. Dan di jalan cinta para pejuang, akan kita ganti kata ‘boleh’ menjadi kata ‘harus’ dan ‘wajib’.

Tapak Kedua : Gairah
             Menata gairah kita adalah kerja yang rumit-rumit gangsar. Bukannya kita sangsi ketika seseorang berkata, “Aku mencintaimu karna Allah.” Tapi apakah cinta karena Allah itu? Apakah ia sebatas penglihatan kita akan akhlaq yang ayu, ibadah yang bersemangat, dan karakter yang melekat? Di jalan Cinta Para Pejuang, jangan sampai kita dirisuhkan gairah sendiri.
            Jalan cinta para pejuan adalah jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan disini, cinta tidak pernah meminta untuk menanti. Ia mempersilakan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Di jalan cinta para pejuang, kita belajar untuk bertanggung jawab atas perasaan kita.
            Dalam jihad, cinta menjadi sederhana. Di jalan cinta para pejuang, cinta adalah kata kerja. Biarlah perasaan hati menjadi makmum bagi kerja-kerja cinta yang dilakukan oleh amal shalih kita. Di jalan cinta pejuang, hakikat mencintai akan kita asah. Bahwa kita semua milik Allah, dan hanya kepadaNya kita akan kembali. Dan di jalan cinta pejuang, bahkan hal kecil seperti air mata yang bening, bisa menjadi sebuah gairah yang menggerakkan manusia, mengubah dunia.

Tapak Ketiga : Nurani
            Ini adalah jalan dimana kita mendengarkan suara nurani. Bukan untuk mendayu-dayu atau melakolik. Tetapi untuk bersikap tepat pada suatu saat, sepenuh jiwa, sepenuh raga. Disinilah kita melestarikan nilai-nilai nazhar, berbaik sangka pada Allah, menjaga pandangan dalam batas-batasnya, dan selalu mencari hal yang enarik. Bukan sebaliknya. Di jalan cinta para pejuang, yang terpenting bukanlah seberapa banyak engkau tau, tapi bahwa engkau mengetahui yang emang bermakna bagimu. Dan bahwa Allah selalu bersamamu.
            Di jalan cinta para pejuang, berbaktilah pada Allah dalam kerja-kerja besar da’wah dan jihad. Menebar kebaikan, menghentikan kebiadaban, menyeru pada iman. Dalam jalan ini ikhlas bermakna semuah perjalanan. Perjalanan untuk menemukan ikhlas itu sendiri. Maka bersyukur bukah berpuas. Syukur adalah mendayagunakan segenap nikmat Allah yang telah dikaruniakan untuk menggapai yang lebih tinggi. Di jalan cinta para pejuang, bersabarlah, bersyukurlah.

Tapak Keempat : Disiplin
            Syari’at Allah tertegak agung bagai mercusuar bagi kita dalam melayari lehidupan. Kita tidak bisa memintanya merubah arah ketika kita dilanda gejala menabraknya. Kitalah yang harus mengubah arah hidup kita. Kitalah yang harus cerdas mengelola kemudi diri. Hingga cinta pun bersujud dalam mihrab taat. Yakinlah, Allah lebih tau tentang kita. Dan Dialah yang menyutradarai pentas kepahlawanan para aktor ketaatan. Dan semua akan berakhir seindah surga yang telah dijanjikanNya.
            Di jalan cinta para pejuang, kita ucapkan “Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.” Tiada daya untuk taat, dan tiadakekuatan untuk menjauhi maksiat kecuali dengan pertolongan Allah. Dan sesudah mengucpkannya, kita harus memaksakan diri melangkahkan kaki di jalan cinta para pejuang. Disini menutup pintu kerusakan adalah tradisi. Karena kita sedang meniti jalan yang semak di tepiannya bisa menyemburkan asap tanpa api. Jalan cinta para pejuang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini