Fundamental Ekonomi Islam


            Setelah memahami apa itu moral, materi selanjutnya telah memasuki hal mendasar yang lebih fokus. Fundamental ekonomi islam atau hal yang mendasar mengenai ekonomi islam. Materi ini disampaikan oleh Kak Muhammad Rizky Rizaldy masih termasuk rangkaian dari Diklat Ekonomi Islam dari Sharia Economic Forum Universitas Gunadarma.
            Islam adalah agama yang baik. Dalam islam, manusia diturunkan dengan alasan (objective). Dua alasan yang mencakup semua yang diperlukan, segala syariat yang Allah perintahkan akan mengantarkan kita menjadi khairunnas (manusia-manusia terbaik) menuju khairulummah (umat terbaik) diperuntukkan untuk memenuhi dua alasan itu (untuk lebih jelasnya baca materi tentang moral). Untuk mencapai alasan atau tujuan tersebut Allah telah memberikan tata cara untuk manusia dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang ekonomi yang menjadi bagian dari muamalah.
            Perlu diketahui, kitab dasar ekonomi adalah adab. Bukan hanya ekonomi islam saja, bahkan buku pertama dari bapak ekonomi konvensional, Adam Smith, berjudul The Theory of Moral Sentiment. Karena itulah, sebelum mempelajari suatu ilmu, penting untuk mempelajari adab dan moral. Sungguh, ilmu dan moral juga adalah hal yang tidak boleh terpisahkan.
            Apa perbedaan mendasar dari ekonomi islam dan ekonomi konvensional? Terletak pada fokus objeknya. Jika ekonomi konvensional berobjek pada manusia, maka ekonomi islam berobjek pada manusia dan Al-Qur’an serta as-sunnah. Jika kebenaran dalam ekonomi konvensional dibuktikan secara empiris atau melalui bukti yang didapat secara nyata saja, maka ekonomi islam berdiri atas dasar bukti empiris dan ontologis (mutlak). Yang dimaksud ontologis disini adalah bukti yang sudah jelas, sudah ada dan harus dipercaya yang berasal dari Allah yaitu Al-Qur’an.
            Islam adalah agama untuk seluruh manusia, karena itu arti sebenarnya dari ilmu ekonomi islam adalah ilmu yang membawa realitas masyarakat saat ini mencapai kondisi masyarakat ideal, yang sesuai dengan maqashid syariah (Tujuan Hukum Islam). Hal-hal yang dilakukan untuk mencapai kondisi tersebut termasuk muamalah yang jika dikerjakan merujuk pada dua tujuan adanya umat islam maka itu bernilai ibadah.


            Namun, mengapa kondisi masyarakat ideal sulit untuk dicapai? Sebagai contoh mengapa negara-negara dengan tingkat kemiskinan tinggi selalu diidentik dengan penduduk muslimnya? Ini karena adanya mispersepsi dari konsep maqashid syariah
  1. Al-Aql, kita merendahkan akal. Jangan bangga bila menguasai ilmu agama tapi tidak paham ilmu eksakta, sesungguhnya Rasulullah saw mengajarkan kita untuk tidak memahami satu ilmu saja. Setidaknya kita paham dasar-dasar dari ilmu lain selain ilmu yang ditekuni.
  2. Al-Maal, kita merendahkan pentingnya harta. Kesederhanaan berbeda dengan kemiskinan, dan kaya bukan berarti bermewah-mewahan. Jangan berpuas diri dengan ‘cukup’ karna seharusnya umat islam ‘lebih dari cukup’. Karena bagaimana mungkin islam akan kembali memiliki tempat di dunia jika tidak memiliki harta yang lebih dari cukup untuk menunjang pergerakan dakwah?
  3. Amal Jama’i, kita merendahkan pentingnya kolektivitas. Hanya mempedulikan amal diri sendiri, menggangap bahwa setiap urusan mengenai kebaikan dan keburukan hanya dipertanggungjawabkan secara individu. Padahal islam adalah agama yang satu, setiap muslim adalah saudara, karena itu jangan biarkan kebaikan itu hanya untuk diri sendiri.
            Esensi dari muamalah adalah “bekalmu untuk menegakkan tulang punggungmu.” Jadi, ekonomi islam bertujuan untuk memakmurkan, dan menegakkan tubuh kita untuk bangun dan beribadah. Selain itu, harapan dari berdirinya ekonomi islam sebagai pergerakan untuk melawan kolonialisme terselubung dan kapitalisme yang selama ini dianggap menguntungkan walau sebenarnya malah merusak sistem yang ada. Selanjutnya untuk menolong para fakir dan orang yang membutuhkan karena sejatinya ekonomi islam memiliki cara yang baik dan berkah. Ditambah melawan riba yang menodai harta manusia. Terakhir untuk memperbaiki moral kaum muslimin yang telah hilang sejak lama sekali.
            Terakhir, bagaimanakah cara untuk kita kembali menjadi masyarakat islam yang ideal? Kuncinya ada tiga, keridhaan Allah, kerja keras, dan persatuan. Janganlah berpuas dengan menjadi manusia saja. Berharaplah untuk menjadi mukminin, muttaqin, mukhsini, dan mutqin. Ingatlah, transaksi dengan Allah adalah transaksi yang terbaik.
           


#PemudaSEF
#MujahidSEF

Komentar

Postingan populer dari blog ini